Transportasi tradisional menjadi satu hal yang banyak dicari wisatawan saat liburan ke luar negeri; selain mencicipi kuliner dan mengunjungi destinasi wisata terpopuler. Menariknya, ternyata setiap negara-negara ASEAN memiliki beragam transportasi tradisional yang unik.
Keunikan transportasi tradisional di negara-negara ASEAN tidak hanya terdapat pada desainnya yang autentik tetapi juga warna, metode penggunaan, dan sejarah yang tersimpan di baliknya.
Supaya tidak semakin penasaran, simak daftar transportasi tradisional di negara-negara ASEAN yang masih digunakan hingga sekarang:
Becak, Indonesia
Becak kayuh masih menjadi salah satu transportasi tradisional yang mudah ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Transportasi tradisional ini memiliki kapasitas dua orang penumpang dan seorang pengemudi yang bertugas mengayuh becak sampai tujuan.
Uniknya, becak termasuk transportasi yang mengutamakan penumpang. Hal ini bisa dilihat dari posisi pengemudi yang berada di belakang kursi penumpang, serta tempat duduk penumpang yang terbuat dari sofa empuk. Selain itu, becak tradisional juga termasuk transportasi ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan polusi.
Andong, Indonesia
Selain becak, andong juga menjadi transportasi tradisional Indonesia yang unik. Pasalnya, transportasi tradisional yang berasal dari Jawa, khususnya Yogyakarta, ini merupakan kereta beroda empat yang ditarik oleh kuda.
Berbeda dengan delman, andong memiliki ukuran yang lebih besar dan bisa mengangkut hingga delapan orang. Itu mengapa, sampai saat ini andong kerap digunakan sebagai sarana transportasi tradisional untuk berkeliling kota dengan nyaman.
Trishaw, Singapura
Kalau di Indonesia punya becak, Singapura punya trishaw sebagai transportasi tradisional yang cukup ikonik. Pasalnya, becak tradisional khas Singapura ini seakan mengajak wisatawan yang berkunjung menjelajahi waktu ke masa lalu.
Meski sama-sama “becak”, namun ada perbedaan antara trishaw dengan becak tradisional asli Indonesia. Salah satunya adalah posisi pengemudi yang bersebelahan langsung dengan kursi penumpang. Sayangnya, saat ini trishaw hanya bisa ditemui di beberapa tempat wisata saja, ya!
Cyclo, Vietnam
Selanjutnya adalah cyclo, transportasi tradisional beroda tiga dari Vietnam. Sekilas, cyclo memiliki desain yang mirip becak khas Indonesia. Bedanya, cyclo memiliki ukuran yang lebih kecil, sempit, dan tidak dilengkapi dengan atap. Sampai sekarang, cyclo masih menjadi transportasi tradisional yang banyak diminati terutama bagi wisatawan yang ingin berkeliling menikmati keramaian kota Ho Chi Minh, Vietnam.
Tuk-Tuk, Thailand
Kalau jalan-jalan ke Thailand, jangan lupa mencoba Tuk-Tuk. Awalnya, Tuk-Tuk hanya digunakan sebagai kendaraan pengangkut barang. Namun, seiring berjalannya waktu, Tuk-Tuk dimanfaatkan sebagai “taksi” tradisional untuk berkeliling Thailand. Sekilas, bentuk Tuk-Tuk mirip bajaj yang banyak ditemukan di Jakarta. Bedanya, Tuk-Tuk memiliki ukuran lebih panjang dan terbuka sehingga bisa menampung 3—4 penumpang sekaligus.
Remork, Kamboja
Transportasi tradisional di negara ASEAN yang terkenal unik lainnya adalah remork atau Tuk-Tuk Siem Reap. Singkatnya, remork adalah transportasi yang memadukan unsur modern dan tradisional. Kendaraan ini memadukan sepeda motor dengan kereta duduk untuk menampung 3—4 orang.
Karena memiliki desain yang terbuka, penumpang akan merasakan semilir angin sejuk saat mengendarai remork untuk berkeliling Kamboja. Hanya saja, remork lebih banyak ditemukan di jalanan sekitar Siem Reap atau tempat wisata ya!
Tricycle, Filipina
Satu lagi transportasi tradisional di negara ASEAN yang tidak kalah populer adalah tricycle. Bisa dibilang, tricycle adalah becak motor asli Kota Cebu, Filipina, yang terkenal dengan desain unik mirip bentor.
Satu yang membedakan tricycle dengan bentor adalah letak kursi penumpangnya. Kalau kursi penumpang pada bentor di sebelah kiri, maka kursi penumpang pada tricycle berada di sebelah kanan. Transportasi tradisional Filipina ini bisa menampung 3 orang.
Foto: Shutterstock/aditya_frzhm