ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) atau Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik merupakan penegasan posisi Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dalam peranannya untuk menjaga perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik (Asia Pasifik dan Samudera Hindia). Outlook ini mengedepankan pendekatan dialog dan kerja sama yang terbuka dan inklusif di bidang yang menjadi prioritas ASEAN, yaitu maritim, ekonomi, konektivitas, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs).
AOIP adalah respons terhadap kehadiran Quadrilateral Security Dialogue (QSD) di Kawasan Indo-Pasifik. Fenomena pembentukan dan transformasi kerjasama QSD dalam dinamika kawasan Indo-Pasifik menimbulkan berbagai reaksi dan asumsi dari berbagai negara-negara di kawasan Indo-Pasifik khususnya di Kawasan Asia Tenggara. Menanggapi situasi tersebut, Indonesia melalui ASEAN pada KTT ASEAN di Bangkok pada tahun 2019 memperkenalkan visi AOIP sebagai sebuah visi dan pedoman bersama bagi negara-negara di kawasan Indo-Pasifik.
AOIP adalah inisiatif arsitektur kawasan dengan konsep ASEAN sebagai pusatnya. Diadopsi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-34 di Thailand, pada tahun 2019, AOIP dimaksudkan sebagai panduan bagi keterlibatan ASEAN di kawasan Asia-Pasifik dan Samudra Hindia. Ketika itu, AOIP menyebut kata ”keamanan” secara terbatas dan hanya berfokus pada maritim. Sementara itu, kata ”pertahanan” hanya disebut sekali yang merujuk pada penguatan peran ADMM.
Pada 15 Juni 2021, pertemuan para menteri pertahanan ASEAN mengeluarkan naskah diskusi tentang AOIP dari perspektif pertahanan. Terdapat enam prinsip, yang salah satunya menyebutkan bahwa setiap bentuk kerja sama pertahanan ASEAN dengan negara lain harus melalui konsensus dari 10 anggota negara ASEAN guna menjaga keamanan dan stabilitas kawasan.
Pada KTT Ke-42 ASEAN yang berlangsung di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 9—11 Mei 2023, topik AOIP menjadi salah satu agenda bahasan utama. Presiden RI Joko Widodo menegaskan posisi Indonesia sebagai selaku Ketua ASEAN 2023 akan memperkuat ASEAN agar mampu menghadapi tantangan, tanggap terhadap dinamika, dan tetap memegang peran sentral di kawasan. Dengan semakin besarnya rivalitas di Indo-Pasifik, para pemimpin ASEAN pun menyepakati implementasi AOIP sebagai bagian yang lebih penting dari sebelumnya. Implementasi inisiatif itu menggunakan paradigma kerja sama, inklusif, dan konkret.
Kehadiran ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) akan digunakan sebagai sebuah upaya untuk turut menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik dan negara-negara anggota ASEAN. Akan tetapi pada pelaksanaannya, AOIP masih memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi dalam ranah internasional di antaranya akomodasi kepentingan masing-masing negara di kawasan Indo-Pasifik.
Tiga prinsip utama dalam ASEAN Outlook on Indo-Pacific, yaitu ASEAN centrality, inclusivity, dan complementarity, terus disuarakan oleh Indonesia. Sentralitas ASEAN sangat dibutuhkan di tengah dinamika pergeseran geopolitik dan geostrategis di kawasan Indo-Pasifik. AOIP membuka dialog dan kerja sama dengan semua negara tanpa terkecuali. Outlook ini juga mengedepankan sinergi di tengah berbagai perbedaan konsep Indo-Pasifik dan ditujukan untuk memperkuat mekanisme yang sudah ada dalam menghadapi tantangan regional dan global.
Sejauh ini, sejumlah anggota ASEAN punya kerja sama pertahanan dan keamanan dengan berbagai negara di luar kawasan. Indonesia, Thailand, Singapura, dan Filipina, memiliki jadwal latihan perang gabungan dengan Amerika Serikat. Di sisi lain, China menjalin kerja sama dengan Kamboja dan Vietnam dalam hal militer.
Terkait dengan implementasi AOIP, Presiden Joko Widodo memandang perlunya kerja sama konkret dan inklusif untuk mengurangi ketegangan di Indo-Pasifik di antaranya ASEAN Indo-Pacific Infrastructure Forum. (AW)
Sumber: