Ketahanan Pangan Penting Menjadi Perhatian ASEAN

Kementerian Kominfo 22 Mei 2023
Ketahanan Pangan Penting Menjadi Perhatian ASEAN

Mayoritas negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan menjadi sumber pangan dunia. Namun uniknya, Singapura justru menempati urutan teratas dalam hal ketahanan pangan di kawasan Asia Tenggara.  Hal ini berdasar pada Indeks ketahanan pangan GFSI 2022, yang diukur dengan menggunakan empat indikator, yakni keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas nutrisi (quality and safety), serta keberlanjutan dan adaptasi (sustainability and adaptation).

Menurut data Global Food Security Index (GFSI), ketahanan pangan Indonesia pada 2021 memang masih berada di bawah Singapura. GFSI mencatat skor indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2021 berada di level 59,2, sedangkan Singapura berada di level 77,4 dan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2022, indeks ketahanan pangan Indonesia menguat dan berada di level 60,2 atau meningkat 1,7% dibandingkan tahun 2021. Meski demikian, ketahanan pangan Indonesia pada 2022 masih lebih rendah dibanding rata-rata global yang indeksnya 62,2, serta di bawah rata-rata Asia Pasifik yang indeksnya 63,4. Indonesia berada di peringkat ke-63 dari 113 negara.

Apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, ketahanan pangan Indonesia justru tergolong cukup kuat. Di kawasan ASEAN, ketahanan pangan Indonesia masuk peringkat ke-4. Negara ASEAN yang dinilai memiliki ketahanan pangan terbaik adalah Singapura, diikuti Malaysia, dan Vietnam.

GFSI menilai kebijakan negara dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim, pemeliharaan lingkungan, dan manajemen kebencanaan, berdampak pada keamanan pasokan pangan. Hal ini dialami hampir semua negara ASEAN, yang berupaya membangun sistem pangan yang kuat, sehingga mampu bertahan di tengah naiknya permintaan pangan, keterbatasan lahan, dan iklim yang kian memanas.

Ketahanan Pangan

Indonesia memang memiliki tanah yang subur namun masih banyak mengimpor komoditas pangan, yaitu gula tebu, jagung, beras, kedelai, biji gandum, dan daging. Beberapa faktor penyebab impor pangan Indonesia adalah konversi lahan pertanian dan laju pertumbuhan penduduk. Banyaknya lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi pemukiman turut memperkecil kuantitas produk pangan dalam negeri. Di sisi lain, tuntutan pada pertanian untuk menghasilkan komoditi pangan sangat besar karena populasi penduduk Indonesia yang kian meningkat.

Pemerintah Indonesia telah memiliki upaya untuk mengantisipasi terjadinya kerentanan dan kerawanan pangan, yakni dengan menyusun Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA) di bawah naungan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian.

Berikut daftar lengkap indeks ketahanan pangan negara Asia Tenggara menurut GFSI tahun 2022:

  1. Singapura: 73,1
  2. Malaysia: 69,9
  3. Vietnam: 67,9
  4. Indonesia: 60,2
  5. Thailand: 60,1
  6. Filipina: 59,3
  7. Myanmar: 57,6
  8. Kamboja: 55,7
  9. Laos: 53,1

(AW)

Sumber:

  • databoks.katadata.co.id
  • impact.economist.com

dataindonesia.id

Tindak Lanjut Transisi Energi Berkelanjutan dalam ASEAN Ministers on Energy Meeting

Esensi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP)