Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN berjalan sukses pada tanggal 5-7 September 2023 di Jakarta. Seluruh tamu dan pemimpin negara yang menghadiri KTT ke-43 ASEAN disambut hangat oleh tarian tradisional Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Dua tarian khas Indonesia yang ditampilkan untuk menyambut para tamu, delegasi, dan pemimpin negara saat KTT ke-43 ASEAN tersebut adalah Tari Geol Manis dan Tari Walijamaliha. Penampilan tarian tradisional tersebut menjadi daya tarik tersendiri, sekaligus mengenalkan Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya.
Setiap tarian yang ditampilkan tak hanya memiliki gerakannya yang lincah dan indah saja. Tapi, juga menyimpan makna yang mendalam dalam setiap gerakannya. Lantas, apa makna di balik tarian penyambutan para pemimpin negara saat KTT ke-43 ASEAN di Jakarta?
Makna Tari Geol Manis
Tari Geol Manis ditampilkan dalam upacara penyambutan kedatangan Perdana Menteri Vietnam, Pham Minh Chinh. Tari Geol Manis atau dikenal dengan Tari Renggong Manis adalah tarian khas Betawi. Tarian tradisional ini terkenal dengan gerakan yang energik, serta mencerminkan keanggunan dan keindahan budaya Betawi.
Tari Geol Manis merupakan tarian tradisional hasil persilangan budaya Betawi, Arab, India, dan Tiongkok klasik. Konon, akulturasi budaya tersebut terjadi berkat posisi Jakarta yang strategis, yakni berada di Pelabuhan Sunda Kelapa yang menjadi gerbang masuk Indonesia kala itu.
Tarian tradisional yang identik dengan iringan musik khas Betawi, Gambang Kromong ini menampilkan gerakan yang lincah. Konon, setiap gerakan dalam tarian Geol Manis dipercaya sebagai bentuk kebahagiaan tuan rumah atas kedatangan para tamu yang berkunjung.
Makna Tari Walijamaliha
Selain Geol Manis, tamu dan pemimpin negara yang mendarat di Bandara Soekarno-Hatta juga disambut dengan tarian tradisional khas Banten, yaitu Tari Walijamaliha. Tarian yang baru diresmikan pada 5 November 2010 dalam Festival Anyer ini menggambarkan keceriaan saat menyambut kehadiran tamu kehormatan.
Tari Walijamaliha merupakan tarian tradisional yang menggabungkan budaya Jawa, budaya Sunda, Tiongkok, India, dan Arab. Perpaduan budaya tersebut membuktikan jika masyarakat tetap bisa hidup bersama secara rukun, dalam keberagaman yang ada di Banten.
Menampilkan gerakan yang lincah, Tari Walijamaliha mencerminkan karakter masyarakat Banten yang terbuka, riang, ramah, dan energik namun tetap religius. Para penari juga menggunakan kostum atau pakaian bernuansa religi, guna mencerminkan mayoritas masyarakat Banten yang beragama Islam.
Selain Tari Geol Manis dan Tari Walijamaliha, masih ada banyak tarian tradisional lainnya yang ditampilkan saat menyambut para pemimpin negara yang hadir di Jakarta. Beberapa di antaranya: Tari Tepak Kipas Koneng, Tari Kembang Khayangan, dan Tari Warna-Warni Jakarta.
Foto: Dok asean2023.id