BIMP-EAGA (Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area) merupakan salah satu kerja sama ekonomi subregional yang didirikan pada tahun 1994. Tujuan utama forum ini adalah meningkatkan kerja sama ekonomi dan integrasi di antara wilayah anggotanya. BIMP-EAGA melibatkan daerah sebagai pemeran dan penggerak utamanya, yang mencakup 15 provinsi di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Indonesia), seluruh wilayah Brunei Darussalam, Sabah, Labuan dan Sarawak (Malaysia), serta 28 provinsi di Mindanao dan Palawan (Filipina).
Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn menyebut bahwa ASEAN dan mekanisme Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) bisa membawa manfaat yang sangat besar bagi masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Kawasan East ASEAN Growth Area (EAGA) saat ini sedang mengalami proses pemulihan pasca pandemi dan diharapkan bisa kembali bertumbuh di masa mendatang. Kerja sama subkawasan BIMP-EAGA sepakat untuk membangkitkan sektor pariwisata yang sempat terpuruk di masa pandemi.
Sejalan dengan Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023, maka di tingkat BIMP-EAGA juga akan memperkuat hasil-hasil dari KTT ke-42 ASEAN yang berlangsung di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 10-11 Mei 2023 silam. BIMP-EAGA telah mempersiapkan Visi 2025, salah satunya yang menjadi prioritas adalah Bandar Seri Begawan Roadmap yang terkait dengan Digital Economy Framework Agreement mulai 2023.
Sebelumnya, pada pertemuan BIMP-EAGA ke-25 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat pada November 2022, telah dibahas beberapa isu penting diantaranya upaya pemulihan dan pembangunan kembali ekonomi kawasan, termasuk mengenai pembukaan kembali konektivitas transportasi kawasan, pemulihan aktivitas perdagangan lintas batas, penguatan rantai pasok, dan dukungan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).
BIMP-EAGA mendorong penyelesaian “One Borneo Quarantine Initiative” disusul implementasi BIMP-EAGA Green Cities Initiative, kesuksesan kerja sama energi melalui interkoneksi kelistrikan di Kalimantan Barat-Sarawak, dan penandatangan tiga Nota Kesepahaman dalam BEBC. Selain itu memperkuat kolaborasi BIMP-EAGA dengan negara-negara mitra seperti Korea, Jepang, Tiongkok dan Northern Territory-Australia.
Menurut Kao Kim Hourn, ASEAN dan mekanisme BIMP-EAGA dapat membawa asas manfaat yang besar bagi masyarakat di kawasan, sambil menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas secara regional dan global.
Saat ini keketuaan BIMP-EAGA dipegang oleh Malaysia, sehingga pada pertemuan di KTT ASEAN ke-42 yang lalu dipimpin oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Pada pertemuan BIMP-EAGA di KTT tersebut yang dilakukan secara tertutup telah dibahas beberapa konsep dokumen BIMP-EAGA Minister’s Report to Leaders. Laporan tersebut lantas dilaporkan kepada kepala negara BIMP-EAGA guna mencapai BIMP-EAGA Vision 2025.
Pertemuan IMT-GT
Selain BIMP-EAGA, yang merupakan forum kerja sama ekonomi antarwilayah lintas negara yang berdekatan secara geografis, juga terdapat kerja sama antara tiga negara dengan nama Indonesia – Malaysia – Thailand Growth Triangle (IMT-GT). Pada hari kedua KTT Ke-42 ASEAN silam, pertemuan IMT-GT menggarisbawahi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di tengah tantangan global yang tidak pasti. IMT-GT merupakan kerangka kerja sama ekonomi yang dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan negara-negara IMT-GT.
Wilayah Indonesia yang menjadi bagian dari kerja sama IMT-GT adalah Aceh, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, dan Lampung. Melalui kerja sama IMT-GT, sektor swasta terus didorong menjadi mesin pertumbuhan. Saat ini, volume perdagangan IMT-GT cukup baik, yaitu mencapai 618 miliar dolar AS atau setara Rp9.089,23 triliun meski dilanda krisis global.
#ASEANMatters
#ASEANIndonesia2023
#ASEANEpicentrumofGrowth
Sumber: