Keketuaan Indonesia di ASEAN terus menghasilkan banyak kesepakatan dan kerja sama potensial dalam berbagai sektor bagi negara-negara di kawasan ASEAN. Hal tersebut bisa dilihat pada bulan Mei 2023 lalu, telah berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, atau KTT Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Pertemuan tersebut menghasilkan banyak kesepakatan baru di kawasan.
Dalam pertemuan para pemimpin negara ASEAN tersebut, ada beberapa hal yang menjadi poin kesepakatan penting guna memperkuat perekonomian negara-negara di ASEAN, satu di antaranya adalah kerja sama dan kolaborasi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan ASEAN.
Seperti yang kita ketahui bersama, pengembangan kendaraan listrik di dunia sangatlah pesat. Hal ini bisa dilihat dari tren penggunaan kendaraan listrik yang terus meningkat di berbagai negara dunia di kawasan Eropa hingga Asia.
Berdasarkan riset Statista, penggunaan kendaraan listrik mengalami kenaikan yang signifikan di dunia sejak 2016. Kenaikan tersebut terjadi di tipe mobil listrik plug-in hybrid, hingga mobil listrik dengan baterai. Tercatat, pada 2021 penggunaan mobil listrik di seluruh dunia telah mencapai angka 16,4 juta unit.
Presiden Joko Widodo pun sangat optimis, bahwa ASEAN dapat mengembangkan kendaraan listrik hingga ke kancah global. Presiden Joko Widodo mengungkapkan, ASEAN punya potensi besar bagi pengembangan kendaraan listrik dengan perkiraan pasar mencapai 2,7 miliar Dolar Amerika Serikat pada 2027 mendatang.
Hal ini bukan optimisme semata. Sebab, jika dilihat dari segi sumber daya alam, Indonesia memiliki 23% cadangan nikel dunia. Seperti yang kita ketahui, nikel merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Itu artinya, Indonesia memiliki peluang besar dalam mengembangkan kendaraan listrik.
Fakta menarik lainnya, saat ini Indonesia tengah mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Dengan target produksi 600 ribu unit mobil listrik, dan 2,45 juta sepeda motor listrik per tahun pada 2030 mendatang. Harapannya, jika target tersebut tercapai, dapat membantu mengurangi emisi karbon sebesar hingga 3,8 juta ton.
Selain dari segi perekonomian, pengembangan kendaraan listrik juga memiliki peran besar dalam keberlangsungan lingkungan, mulai dari menurunkan emisi gas rumah kaca, mengakselerasi transisi energi, dekarbonisasi sektor transportasi darat di kawasan, mencapai target zero emission, hingga meningkatkan keamanan energi di kawasan ASEAN.
Kesepakatan Kerja Sama
KTT Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo pun berhasil membuat kesepakatan kerja sama negara-negara di kawasan ASEAN. Kerja sama dan kolaborasi pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut meliputi: peningkatan infrastruktur dan pengisian daya; serta menciptakan lingkungan bisnis dan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investasi, termasuk kemitraan publik-swasta.
Kemudian, mengoptimalkan produksi dan penggunaan bahan dan sumber daya yang berkelanjutan untuk mencapai penciptaan nilai yang lebih tinggi dari rantai pasokan kendaraan listrik di wilayah tersebut. Selanjutnya, mempromosikan penggunaan energi terbarukan di sektor mobilitas; transisi dari mobil mesin berbahan bakar fosil, menjadi zero emission vehicle termasuk electric vehicle di negara-negara ASEAN.
Foto: Shutterstock/Anukul