Press Briefing H.E. Retno L. P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Foreign Minister's Retreat

MOFA Indonesia 03 Februari 2023
Press Briefing H.E. Retno L. P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Foreign Minister's Retreat

PRESS BRIEFING

H.E. RETNO L. P. MARSUDI
MENTERI LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
ASEAN FOREIGN MINISTERS' RETREAT

JAKARTA, 3 FEBRUARI 2023

 

 

Rekan-rekan media.

Selamat siang. Semoga semua dalam keadaan sehat.

Kita baru saja menyelesaikan hari pertama rangkaian pertemuan ASEAN Foreign Ministers' Retreat.

Ini merupakan pertemuan pertama para Menlu ASEAN tahun ini di bawah keketuaan Indonesia.

Ini juga merupakan pertemuan Menlu ASEAN pertama yang dihadiri oleh Sekretaris Jenderal ASEAN yang baru, H.​E. Kao Kim Hourn.

Sebagai permulaan, pagi tadi seluruh Menlu ASEAN melakukan courtesy call kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo menggarisbawahi dua hal penting:

 

Pertama, ASEAN tidak boleh menjadi proksi pihak manapun.

Sentralitas dan persatuan ASEAN harus dijaga dan dipertahankan sebagai modalitas utama.

Pada saat yang sama, Presiden juga menggarisbawahi pentingnya menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi, hukum, dan hak asasi manusia sesuai dengan Piagam ASEAN.

Pesan kedua dari Presiden Jokowi adalah bahwa ASEAN harus terus menjadi episentrum pertumbuhan.

Hal ini hanya dapat dicapai jika stabilitas politik dan perdamaian kawasan tetap terjaga.

Presiden Jokowi mengapresiasi dukungan semua negara anggota ASEAN dan menantikan kehadiran para Pemimpin pada KTT ASEAN mendatang.

Sekarang saya ingin menyampaikan beberapa hal dari dua pertemuan yang kami lakukan hari ini, yaitu: working lunch untuk membahas tinjauan implementasi 5PC dan ASEAN Coordinating Council (ACC) ke-32.

 

WORKING LUNCH

Saya ingin memulai dengan Working Lunch.  

Pertemuan ini didedikasikan untuk membahas isu Myanmar secara terbuka, mendalam, dan terus terang sebagai satu keluarga.

Saya memberikan briefing pada pertemuan tersebut mengenai pendekatan Indonesia sebagai Ketua terhadap Myanmar.

Bagi Indonesia, Five-Point Consensus (5PC) merupakan acuan utama dalam menangani krisis Myanmar.   

Dalam hal ini, Indonesia akan mengedepankan tiga pendekatan.

Pertama, melibatkan semua pemangku kepentingan sebagai langkah awal untuk memfasilitasi kemungkinan dialog nasional yang inklusif.

Saya juga telah melakukan pendekatan awal dengan semua pemangku kepentingan.

Kedua, menciptakan kondisi yang kondusif untuk membuka jalan bagi dialog yang inklusif.

Ada dua hal penting dalam menciptakan kondisi yang kondusif, yaitu pengurangan kekerasan dan kelanjutan bantuan kemanusiaan.

Dua kondisi ini sangat penting untuk membangun kepercayaan dan keyakinan.

Ketiga, mensinergikan upaya-upaya ASEAN dengan negara-negara tetangga, negara-negara yang peduli dan Utusan Khusus PBB serta negara-negara lain.

Seluruh anggota yang hadir dalam working lunch memberikan dukungan penuh terhadap pendekatan yang dilakukan Indonesia dalam menangani situasi di Myanmar.

Selama working lunch, kami berdiskusi dan sepakat:

  • Untuk mendorong kemajuan yang signifikan dalam implementasi 5PC untuk membuka jalan bagi dialog nasional yang inklusif di Myanmar;
  • Dialog nasional yang inklusif adalah kunci untuk menemukan resolusi damai terhadap situasi di Myanmar; dan
  • Lingkungan yang kondusif harus diciptakan untuk dialog yang inklusif, dengan mengurangi kekerasan, dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan secara tepat waktu dan tanpa hambatan.

Selama Working Lunch, para Menteri Luar Negeri menegaskan kembali pendekatan yang seragam, saya ulangi, pendekatan pendeketan yang seragam dalam menangani situasi di Myanmar melalui 5PC.

 

32nd ASEAN COORDINATING COUNCIL

Pertemuan kedua adalah ACC ke-32

ACC ke-32 ini bersejarah karena kita menyambut partisipasi Timor-Leste dalam pertemuan ASEAN untuk pertama kalinya.

Saya mengucapkan selamat kepada Menteri Adaljiza Magno dari Timor-Leste pada kesempatan ini.

Salah satu agenda utama ACC adalah memberikan penjelasan singkat kepada para peserta mengenai Prioritas Keketuaan Indonesia di ASEAN dan deliverables sepanjang tahun ini.

Dalam hal ini, saya memberikan penjelasan mengenai 3 pilar keketuaan Indonesia.

 

Pilar pertama adalah mengenai ASEAN Matters.

Saya menekankan bahwa ASEAN harus tetap relevan dengan mempertahankan sentralitasnya dan menjadi jangkar stabilitas dan kemakmuran regional di Indo-Pasifik.

Pada saat yang sama, saya juga menggarisbawahi perlunya ASEAN yang berwawasan ke depan dengan kapasitas yang kuat dalam mengantisipasi dan mengatasi tantangan di masa depan.

Dalam konteks ini, Indonesia akan mengajukan:

  • Inisiatif untuk memperkuat kesiapan ASEAN dalam menghadapi tantangan saat ini dan di masa depan menuju tahun 2045;
  • Melembagakan dialog mengenai hak asasi manusia; dan meningkatkan kerja sama ASEAN untuk mencegah dan memerangi perdagangan orang.

 

Pilar kedua adalah Epicentrum of Growth (Pusat Pertumbuhan).

Sejalan dengan hal ini, ASEAN perlu memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, kuat, dan berkelanjutan.

Di bawah pilar ini, Indonesia akan mengusulkan suatu hasil yang akan mendorong kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan.

Empat aspek utama yang akan menjadi fokus kita yaitu:

  • Memperkuat arsitektur kesehatan ASEAN
  • Memperkuat ketahanan pangan termasuk memastikan rantai pasok yang kuat dan fasilitasi perdagangan
  • Memastikan ketahanan energi untuk mendukung transisi dari energi fosil ke energi bersih dan terbarukan, antara lain dengan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di kawasan
  • Memperkuat stabilitas keuangan untuk lebih memastikan ketahanan ekonomi kita terhadap guncangan eksternal di masa depan.

 

Dan pilar ketiga dari keketuaan kita adalah implementasi ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP).

Sebagaimana diamanatkan oleh para Pemimpin kita, Indonesia akan mendorong tindak lanjut Pengarusutamaan Empat Bidang Prioritas AOIP.

Indonesia akan mengidentifikasi daftar proyek konkret untuk implementasi AOIP yang akan melibatkan seluruh mitra ASEAN.

Keketuaan Indonesia juga akan memperkuat hubungan ASEAN dengan Pasifik, melalui pembentukan kerja sama antar Sekretariat antara ASEAN dan PIF.

Saya juga menyampaikan bahwa Indonesia juga akan menyelenggarakan beberapa kegiatan unggulan di bawah Forum ASEAN-Indo-Pasifik untuk mengimplementasikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, antara lain:

  • Dialog Pemuda tentang Pembangunan Digital untuk SDGs yang akan diselenggarakan pada bulan April;
  • Forum Ekonomi Kreatif pada bulan Agustus;
  • Forum Infrastruktur dan KTT Bisnis dan Investasi ASEAN yang akan diselenggarakan bersamaan dengan KTT ASEAN ke-43 pada bulan September.

 

Rekan-rekan sekalian,

Pada awal pertemuan ACC, Sekretaris Jenderal ASEAN memberikan briefing kepada para peserta pertemuan mengenai operasionalisasi rekomendasi mengenai:

  • penguatan Kapasitas dan Efektivitas Kelembagaan ASEAN;
  • modalitas partisipasi Timor Leste dalam pertemuan-pertemuan ASEAN dan menantikan arahan dari ACC mengenai peta jalan bagi Timor Leste; dan
  • pentingnya negara-negara anggota ASEAN untuk memanfaatkan potensi Ekonomi Biru.

 

Hasil dari Pertemuan ACC antara lain adalah: 

Pertama, ACC mengadopsi the Guidelines for the Implementation of the Observer Status granted to Timor-Leste in ASEAN dan kita juga mengadopsi ToR of the ACC Working Group on Timor-Leste yang telah direvisi.

ACC juga menugaskan the ACC Working Group on Timor-Leste untuk menyusun rancangan Peta Jalan untuk keanggotaan penuh bagi Timor-Leste. 

Kedua, ACC menyetujui the High-Level Task Force (HLTF) bidang Integrasi Ekonomi untuk menyusun Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN.

Ketiga, KTM menugaskan SOM untuk menjajaki pembentukan Kelompok Kerja SOM dengan mandat untuk memperkuat proses pengambilan keputusan ASEAN.

Keempat, ACC menugaskan CPR untuk meninjau kembali TOR CPR dan menyelesaikan TOR EAS Ambassadors' Meeting in Jakarta (EAMJ); dan membahas revisi “Modalities for Chair of ASEAN and ASEAN Sectoral Bodies to Host Meetings at the ASEAN Secretariat" serta membahas masalah pendanaan.

ACC juga menyepakati bahwa COVID-19 Response Fund akan diperluas menjadi ASEAN Response Fund for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ASEAN Response Fund).

 

PERTEMUAN BILATERAL DENGAN THAILAND DAN BRUNEI

Rekan-rekan, Hadirin sekalian,

Selain pertemuan-pertemuan tersebut hari ini, saya juga telah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Thailand kemarin, dan dengan Brunei siang ini.

Dalam pertemuan tersebut, kami membahas perkembangan di Myanmar, pendekatan yang dilakukan Indonesia, dan prioritas Indonesia serta capaian-capaian dalam keketuaan kami.

Kami juga membahas berbagai isu bilateral yang menjadi perhatian bersama, antara lain kerja sama di bidang ekonomi, investasi, penegakan hukum, konektivitas maritim, dan pekerja migran domestik.

Itulah yang dapat saya sampaikan hari ini.

Besok pagi, kita akan lakukan pertemuan the ASEAN Foreign Ministers Retreat yang akan dimulai sejak pagi hari.​

Presiden Terima Kunjungan Kehormatan Menlu ASEAN dan Sekjen ASEAN

Presiden Terima Kunjungan Kehormatan Menlu ASEAN dan Sekjen ASEAN