Masyarakat ASEAN, Masyarakat Tangguh

Kominfo 05 September 2023
Masyarakat ASEAN, Masyarakat Tangguh

Jakarta, 4 September 2023 Pada 2020, wabah COVID-19 melanda dunia. Saat itu, Wahid, 45 tahun, pekerja serabutan warga asli Serpong, wilayah kota Tangerang Selatan, tiba-tiba kehilangan sumber pendapatan. “Biasanya saya ngojek, antar jemput sekolah. Tiba-tiba sekolah harus pembelajaran jarak jauh. Semua orang di rumah. Tidak ada yang perlu jasa saya,” keluhnya.

Sekitar 3.500 kilometer jauhnya dari rumah Wahid, ada Aroon Tanawat, 42 tahun, warga Chiang Mai, yang pandai memasak. Ia membuka kelas memasak untuk turis, dan mempromosikan kelasnya lewat media sosial. Tiap hari, paling tidak ada dua turis yang mendaftar. Sayang, pandemi menghentikan industri pariwisata, lalu berdampak pada kegiatan Aroon.

Saat itulah, organisasi ASEAN bergerak. Perhimpunan mengaktivasi mekanisme regional, berisi standar pertukaran informasi dan kerja sama. Segera dibentuk ASEAN BioDiaspora Virtual Center yang bisa memberikan landasan pemikiran bagi pemerintah negara anggota mengambil keputusan untuk mengatasi wabah. Seiring berjalannya waktu, organisasi menginisiasi pembentukan respon pandemi yang lebih maju, sekaligus membangun ketahanan jika di masa depan terjadi lagi ancaman kesehatan. Semua bisa dicapai melalui dialog, pembangunan, dan kerja sama antara negara-negara ASEAN.

Di luar hiruk pikuk yang terjadi di jajaran pemerintahan, dan duka yang menyelimuti karena korban seolah tak henti berjatuhan, pandemi justru berdampak positif pada ekonomi digital di Asia Tenggara. Tercatat sekitar 40 juta pengguna internet baru di Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Pembatasan kegiatan selama wabah COVID-19 memaksa masyarakat untuk berbelanja dari rumah. Bisnis e-commerce langsung melonjak hingga 63 persen.

Perkembangan ekonomi terus terjadi, makin melesat setelah negara-negara ASEAN berhasil melewati masa pandemi. 

Buktinya, tahun ini, Indonesia kembali mendapat status negara berpendapatan menengah ke atas dari Bank Dunia. Dasar penilaiannya adalah pendapatan nasional bruto (PNB) tahunan per kapita Indonesia yang mencapai $4.580 pada 2022. Saat pandemi, status Indonesia sempat “turun kelas”. Kembali mendapat status sebagai negara berpendapatan menengah ke atas semakin menjelaskan bahwa Indonesia telah bangkit dari pandemi. 

Bukan hanya Indonesia yang membuktikan kekuatannya. Negara-negara ASEAN lain pun demikian. Singapura, misalnya, mencatat pertumbuhan sebesar 0,7 persen (year on year) pada kuartal II/ 2023, naik dari 0,4 persen dari kuartal sebelumnya. Laju ekonomi positif juga ditunjukkan oleh Filipina. Philippine Statistics Authority (PSA) mengeluarkan rilis yang menyatakan bahwa sektor ekonomi utama mereka semua tumbuh positif di kuartal II/2023. Pertumbuhan ekonomi negara mencapai 4,3 persen secara tahunan pada kuartal II 2023 ini. Penyumbang pertumbuhan ekonomi Filipina di kuartal ini, antara lain, adalah perdagangan skala besar dan skala eceran, serta kendaraan bermotor, yaitu sebesar 5,3 persen.

Sementara itu, Vietnam membukukan angka pertumbuhan ekonomi 4,14 persen pada kuartal II/2023. Meski pemerintahnya mengakui bahwa perekonomian mereka melambat, tetapi angka pertumbuhannya tetap baik di tengah tantangan global.

Wilayah Asia Tenggara memang terus bertumbuh. Jelang KTT ke-43 ASEAN, salah satu pertemuan tingkat menteri yang dilakukan adalah ASEAN Economic Community Council atau AECC, pada Minggu 3 September 2023. Pertemuan tersebut membahas pilar ekonomi ASEAN. Dalam pertemuan, terungkap bahwa total PDB ASEAN adalah $3,6 triliun dolar Amerika di tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi ASEAN di 2024 diperkirakan menjadi yang tertinggi di dunia, mencapai 4,5 persen.

ASEAN juga menjadi kawasan yang paling menarik bagi Foreign Direct Investment (FDI). Di tahun 2022, 17 persen FDI masuk ke ASEAN, membuatnya jadi penerima FDI tertinggi jika dibandingkan dengan kawasan berkembang lainnya. Sungguh sebuah data yang membanggakan, menjadi bukti kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang Asia Tenggara.

Ketangguhan ASEAN lagi-lagi teruji saat terjadi perseteruan antara Rusia dan Ukraina. Konflik global itu sempat menyebabkan kenaikan harga komoditas, mengingat dua negara yang bertikai adalah pengekspor utama bahan bakar fosil, biji-bijian, pupuk, dan logam. Namun, kondisi segera membaik.  Meski belum pulih seperti semula dampak perang di Ukraina bisa dikurangi oleh masyarakat ASEAN.

Masyarakat ASEAN memang kuat. Kekuatan itu tentu tidak datang dengan sendirinya, tapi harus diupayakan melalui kebijakan-kebijakan pemerintahnya.

Keadaan ASEAN saat ini adalah perwujudan visi Komunitas ASEAN yang diluncurkan pada 2015. Dalam visi tersebut, tercantum bahwa tujuan komunitas adalah membentuk komunitas negara-negara yang “menikmati hak asasi manusia dan kebebasan fundamental serta berkembang dalam lingkungan yang adil, demokratis, harmonis, dan peka gender sesuai prinsip demokrasi, pemerintahan yang baik, dan supremasi hukum”. 

Memang, visi Komunitas ASEAN seperti ternoda ketika beberapa negara mengalami goncangan politik. Masyarakat ASEAN memang tidak diam saja melihat Myanmar didera konflik. Demikian juga ketika Thailand bergolak. Namun, di sisi lain, semua pihak menahan diri untuk tidak mencampuri politik internal negara tetangga, karena prinsip tersebut termasuk salah satu tujuan ASEAN, yaitu prinsip noninterfensi.

ASEAN Matters: Epicentrum of Growth

Dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN 2023, tema yang dijalankan adalah ASEAN Matters: Epicentrum of Growth. Terdapat tiga pilar dalam tema tersebut. Pertama, pilar ASEAN Matters, yang tujuannya menjadikan ASEAN tetap relevan, mampu hadapi tantangan ke depan, serta terus menjadi motor stabilitas dan perdamaian kawasan.

Kedua adalah Epicentrum of Growth yang mendorong kerja sama konkret, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat. Diharapkan kawasan Asia Tenggara bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global. Terakhir adalah pilar ketiga yang terkait dengan Implementasi AOIP (ASEAN Outlook on the Indo-Pacific). AOIP adalah komitmen membangun kerja sama konkret dan inklusif dengan semua negara untuk menjadikan Indo Pasifik sebagai kawasan damai dan sejahtera.

Penyelenggaraan KTT ASEAN tentu harus menghasilkan kebijakan, bukan sekadar pertemuan dan forum diskusi semata. KTT menjadi ajang masyarakat ASEAN merumuskan strategi dan menjalin kerjasama untuk menghadapi tantangan dunia ke depan. Adalah tugas para pemimpin ASEAN untuk tetap memberi harapan pada masyarakat. Jika menurunkan biaya tenaga kerja sangat sulit dilakukan, jalan keluar yang masuk akal adalah mendorong inovasi, penelitian, dan pengembangan untuk membangun ekonomi yang lebih maju.

Wahid, kini, sudah aktif lagi. Selain jasa ojek, dia sekarang mengerjakan instalasi listrik, juga bisa mengurus halaman. Lewat program pemberdayaan yang diadakan di kelurahan, istrinya belajar mengelola catering kecil-kecilan. Paling tidak, sekarang keluarga kecilnya punya sumber pemasukan lain. “Sebelum antar dagangan istri, saya yang telepon satu per satu ibu-ibu perumahan. Saya tanya, ada kerjaan nggak? Biasanya sih ada. Misalnya disuruh belanja ke pasar atau jemput anak sekolah, naik motor. Ya saya mau juga. Lumayan dapat Rp25 ribu,” tambahnya sambil tertawa.

Sementara Aroon, seiring pulihnya pariwisata Thailand, juga kembali sibuk dengan kelas masaknya. Kini, kelas berlangsung maksimal dua kali, tiap kelas melayani empat turis. Dari pinjaman pemerintah berbunga rendah, ia merenovasi teras rumahnya menjadi lokasi kelas memasak. Saat ini, ada empat kompor dan empat meja persiapan, juga ada ruang makan tempat para peserta kelas memasak menikmati hasil olahan sendiri.

Mereka, seperti juga warga Asia Tenggara yang lain, kini telah kembali menjalani hidup seperti sebelum pandemi. Namun, lebih jauh, mereka menggantungkan asa pada para pemimpin ASEAN. Mereka tentu ingin penghidupan yang lebih baik. Berbagai kebijakan yang nantinya lahir dari konferensi KTT ke-43 ASEAN harus selekasnya direalisasikan agar segera menyentuh kepentingan masyarakat seperti mereka.

Meski masa depan belum pasti, ada satu hal yang tetap dapat kita upayakan bersama yaitu stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran kawasan. (Diana/Elvira/TR)

***

Untuk Informasi lebih lanjut, silakan menghubungi kontak di bawah ini.

 

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo – Usman Kansong  (0816785320).

Dapatkan informasi lainnya di  http://asean2023.id, https://infopublik.id/kategori/asean-2023, dan https://indonesia.go.id/kategori/ragam-asean-2023

 

Keterangan foto 1: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kedelapan kiri) bersama Gubernur Bank Sentral Thailand Sethaput Suthiwartnarueput?(keenam kanan) dan Duta Besar serta perwakilan negara-negara ASEAN saat pembukaan ASEAN Fest 2023 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (22/8/2023). ASEAN Fest 2023 yang digelar pada 22-25 Agustus 2023 itu diisi dengan seminar keuangan, pameran UMKM serta kampung ASEAN yang menjadi perhelatan pendukung pada pertemuan ke-2 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara ASEAN (AFMGM). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom

 

Keterangan foto 2: Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menyelesaikan pembuatan mural sambut KTT ASEAN di Jalan Raya Haji Bokir bin Djiun, Jakarta Timur, Jumat (25/8/2023). Mural tersebut dibuat untuk mempercantik jalan di wilayah yang menjadi jalur perlintasan para delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023 di Jakarta. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/nz

ASEAN Leaders’ Declaration on ASEAN as an Epicentrum of Growth

Indonesia Harapkan ASEAN Ambil Keputusan Berani