Sentralitas ASEAN, Apa Artinya?

Kementerian Kominfo 28 April 2023
Sentralitas ASEAN, Apa Artinya?

Sentralitas ASEAN, Apa Artinya?

 

Ketika situasi dunia, khususnya di bidang politik dan keamanan kian memanas, dengan munculnya serangan Rusia ke Ukraina, ketegangan di Laut Tiongkok Selatan, krisis kekuasaan oleh militer di Myanmar, perlu kepemimpinan ASEAN untuk merespons terhadap masalah-masalah tersebut. Di sisi lain, ASEAN menghadapi sejumlah tantangan berupa perkembangan rivalitas politik dan ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, pembentukan kerja sama keamanan QUAD (The Quadrilateral Security Dialogue) antara AS, Australia, India dan Jepang, pembentukan aliansi pertahanan AUKUS antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat, dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

Pada saat KTT Phnom Penh tahun 2012, ASEAN juga tidak berhasil mencapai konsensus bulat mengenai penyelesaian konflik di Laut Tiongkok Selatan. Kegagalan ini ada kaitannya dengan “intervensi” Tiongkok yang berhasil memecah kesatuan ASEAN. Tentunya hal ini perlu ditindaklanjuti dengan serius karena berpotensi mengancam keharmonisan negara anggota ASEAN yang selama ini cukup solid. Kamboja dan Myanmar secara terang-terangan mendukung Tiongkok dalam konflik di Laut Tiongkok Selatan dan mengabaikan kepentingan dua negara ASEAN lainnya, yaitu Filipina dan Vietnam, yang memiliki kepentingan atas wilayah kelautan mereka di Laut Tiongkok Selatan.

Dinamika tersebut perlu dikelola dengan baik oleh ASEAN untuk mendorong dan meningkatkan kerja sama dan perdamaian di kawasan. Jika mengaca ke pembentukan awal, ASEAN harus terus berkembang sebagai organisasi yang efektif dan memiliki peran yang lebih besar sebagai lokomotif stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara. Optimalisasi sentralitas ASEAN menjadi sangat mendesak dilakukan, apalagi dengan adanya aliansi militer AUKUS, yang melibatkan Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. AUKUS sebenarnya ditujukan untuk mengimbangi kebangkitan militer Tiongkok, namun pada saat bersamaan juga memperlihatkan ketidakmampuan ASEAN dalam mengelola persaingan kekuatan besar di kawasannya.

Persaingan Amerika Serikat dan Tiongkok di Indo-Pasifik sangat berpotensi mengancam ASEAN menjadi kelompok marginal di kawasannya sendiri. Indonesia, sebagai Ketua ASEAN tahun 2023 dituntut untuk bisa mengoptimalkan peran sentral ASEAN di kawasan, dengan menjadikan ASEAN sebagai bagian solusi dalam menciptakan perdamaian di kawasan.  Indonesia harus bisa mengefektifkan forum-forum dialog seperti ASEAN+3, ASEAN Regional Forum, ataupun East Asia Summit sebagai cara untuk mempertahankan relevansi dan kapasitas ASEAN dalam mengelola persaingan negara-negara besar di kawasan.

Penyelesaian kudeta militer di Myanmar menjadi salah satu contoh sulitnya ASEAN mencapai konsensus bulat dan menjadikan sentralitas ASEAN seakan kian memudar. Padahal dalam Piagam ASEAN  pasal 1.15 tertulis secara jelas mengenai tujuan utama ASEAN adalah menjaga sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan pendorong utama hubungan dan kerja samanya dengan mitra eksternal dalam arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif.  Pada KTT ASEAN di Hanoi tahun 2010, peran “sentralitas: bahkan didefinisikan sebagai arsitektur kawasan yang didasarkan atas kerangka kerja di kawasan yang saling mendukung dan memperkuat, dengan ASEAN sebagai kekuatan pendorong utamanya.

Sentralitas ASEAN harus menekankan pada upaya membangun sistem yang berpusat pada diri sendiri daripada berbasis pada AS atau Tiongkok. Sikap masing-masing negara anggota ASEAN yang masih sulit dikompromikan menunjukkan bahwa sesungguhnya organisasi ini belum mempunyai sentralitas. Konsep sentralitas ASEAN, seperti yang tercantum dalam ASEAN Outlook on The Indo-Pacific, secara luas menegaskan bahwa ASEAN harus menjadi platform regional yang dominan untuk mengatasi tantangan bersama dan terlibat dengan kekuatan eksternal.

Sebagai Ketua ASEAN untuk keempat kalinya, setelah tahun 1976, 2003, dan 2011, Indonesia perlu untuk menegaskan kembali konsep sentralitas ASEAN agar tidak terancam dengan kepentingan dan persaingan negara-negara besar di kawasan. Penguatan sentralitas ASEAN menjadi kondisi yang tidak dapat ditawar lagi agar ASEAN tetap menjaga identitasnya sebagai penjaga stabilitas dan perdamaian untuk negara-negara anggotanya dan untuk kawasan Indo-Pasifik. Prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif akan memberi peluang untuk mengoptimalkan peran sentral ASEAN di kawasan. (AW)

#ASEANMatters

#ASEANIndonesia2023

#ASEANEpicentrumofGrowth

 

 Referensi:

-   BRIN.go.id

Greta Nabbs-Keller (2020) ASEAN Centrality and Indonesia Leadership in a Contested Indo-Pasific Order, Security Challenges, 16:3, 21-26.

Polri Kerahkan 2.627 Personel Amankan KTT ASEAN 2023

RI sebagai Ketua ASEAN Terus Jembatani Perbedaan di Myanmar